Devinisi
Radang
Radang (bahasa
Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme
terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi
yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti
karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu
dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi
dan iritasi. Inflamasi
distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin,
leukotrien, dan prostaglandin)
yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem
kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Menurut Kamus Kedokteran Dorland:
Radang ialah
respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan,
yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera
maupun jaringan yang cedera itu.
Menurut Katzung (2002):
Radang ialah
suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang
atau injury (jejas) yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler) dan
jaringan ikat (connective tissue).
Menurut Price (1994)
Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan
pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang,
penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk
perbaikan dan pemulihan. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang
dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan kontinue. Untuk menimbulkan reaksi
peradangan maka jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki
mikrosirkulasi fungsional. Sehingga dimaksud dengan radang adalah rangkaian
reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera. Pada proses peradangan terjadi
pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam cairan jaringan
sekitarnya.
Menurut Rukmono (1973)
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris
atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi
yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen
menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang
cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini
disebut radang.
Menurut Guyton & Hall (1997)
Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi
pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang
berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan
dalam jumlah besar ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang
interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor
dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan
monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk
jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin,
prostaglandin, beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem
pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut limfokin yang
dilepaskan oleh sel T yang tersensitisasi.
Proses
Terjadinya Radang
Proses
terjadinya peradangan yakni pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi
inflamasi atau reaksi vaskuler. Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole
dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan
terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala,
struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme
dapat dibatasi. Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula
phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal
ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar
protease selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit. Setelah itu makrofag
mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa
leukosit. Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi
lokal. Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang
ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat. Perbedaan antara
Eksudat dan Transudat yaitu, Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan
berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg %
serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai
akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul
besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai
akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit
yang menyebabkan emigrasinya.
Gambaran makroskopik peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau.
Tanda-tanda radang ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup pada abad
pertama sesudah Masehi, sudah dikenal dan disebut tanda-tanda radang utama.
Tanda-tanda radang ini masih digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda radang
mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa
sakit), dan tumor (pembengkakan). Tanda pokok yang kelima ditambahkan
pada abad terakhir yaitu functio laesa (perubahan fungsi) (Abrams, 1995;
Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran, 2003).
1. Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di
daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka
arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak
darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya
kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.
Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal
karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan
diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui
pengeluaran zat seperti histamin.
2. Kalor (panas)
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi
peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal
lebih dingin dari -37 °C yaitu suhu di dalam tubuh. Daerah peradangan pada
kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh
kepermukaan daerah yang terkena lebih banyak daripada yang disalurkan kedaerah
normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena
radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai
suhu inti 37°C, hyperemia lokal tidak menimbulkan perubahan.
3. Dolor (rasa
sakit)
Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan
berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia bioaktif
lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat
menimbulkan rasa sakit.
4. Tumor
(pembengkaan)
Segi paling menyolok dari peradangan akut adalah pembengkaan lokal
(tumor). Pembengkaan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel
yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi
peradangan sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada
lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih
atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari
eksudat.
5. Fungsio laesa
(perubahan fungsi)
Fungsio laesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan yang telah
dikenal. Sepintas lalu, mudah dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri
disertai sirkulasi abnormal dart lingkungan kimiawi lokal yang abnormal,
berfungsi secara abnormal. Namun sebetulnya kita tidak mengetahui secara
mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu.
Resolusi sempurna, bila kerusakan jaringan kecil, sehingga
mampu untuk regenerasi, morfologi dan fungsi menjadi normal. Fibrosis (
scarring), tidak terjadi regenerasi dan eksudat tidak dapat diabsorbsi
sempurna, sehingga timbul jaringan ikat. Bentukan abscess Bila diikuti infeksi
bakteri pyogenic, sehingga terbentuk pus. Berkembang menjadi radang kronik.
wihh nice info, saya pengunjung setia web anda
BalasHapuskunjung balik, di web kami banyak penawaran dan tips tentang kesehatan
Ada artikel menarik tentang obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit berat, cek yuk
Obat Tradisional Dermatitis Atopik